UMBUT MUDA BERKARYA
CERPEN BERSAMBUNG
CERPEN BELLA .A
CINTA UNTUK AQILLA. BAGIAN 6 ( TAMAT )
Karya: BELLA ANJANI.
**
Karya: BELLA ANJANI.
**
Sudah enam bulan Qilla bersama orang tuanya tinggal di Bandung. Enam bulan itu pula dirinya menempuh pindidikan di sekolah barunya, Ia juga kian semakin dekat dengan Wulan bahkan mereka sudah menjadi sahabat hampir setiap hari mereka berdua selalu bersama. Pada sahabat barunya Qilla mulai terbuka, terkadang Ia mencurahkan isi hatinya konflik antara Ia dan orang tuanya salah hal yang Qilla ceritakan pada Wulan. Bukan maksud dirinya membuka aib keluarga namun gadis berpipi chubby itu dapat dikatakan sangat susah percaya pada orang lain kecuali Bi Yanti maka karna itu masalah yang di alaminya selalu Ia simpan, namun entah apa yang terjadi kini Aqilla merasa yakin untuk menceritakan semua masalah pada Wulan dirinya percaya jika teman dekatnya ini dapat menjaga sebuah rahasia apalagi solusi dari gadis berhijab itu menenangkan hati menyejukkan jiwa.
Suasana kelas hening tanpa terdengar suara keributan dari murid. Tak ada satupun yang tidak memperhatikan penjelasan yang di sampaikan Bu Tika guru bahasa inggris
Suara hewan yang bertebangan juga tak menembus indra pendengaran murid murid.
Qilla perlahan menunujukkan perubahannya, kebiasaanya dulu saat di kelas mulai di tinggalkan sifat buruknya itu Ia tinggalkan demi membahagiakan orang orang yang menyayangi dirinya. Ia begitu fokus memperhatikan pelajaran yang di terangkan oleh gurunya hingga tak sadar darah mengalir dari hidung mancungnya. Sedangkan di sampingnya Wulan tampak tak mengerti dengan sebagian penjelasan Bu Tika,dirinya tampak bingung maklum saja Ia sangat lemah dalam pelajaran berbahasa internasional itu kosa kata pun hanya sedikit yang di hafalnya berbicara juga tak begitu lancar berbeda dengan Qilla yang sangat pintar berbahasa inggris tak heran jika banyak teman sekelasnya meminta ilmu dari dirinya, dengan senang hati gadis berdarah Jakarta Padang itu memberikan ilmu kepintarannya berbahasa asing pada orang lain, Bahagia. Ya Qilla merasakan kebahagian karna dapat bermanfaat bagi orang lain. Ia senang jika semua orang mendapatkan ilmu darinya Ia berharap ilmu yang di dapat menjadi amal jariyah.
" Qilla.."
Panggilan Wulan dengan nada tercekat itu telah membuat Qilla kembali kepada dirinya saat ini.Ia menoleh pada teman baiknya itu. Tampak jelas dan tak dapat disembunyikan wajah Wulan yang sangat kaget melihat cairan merah yang keluar dari hidung sahabatnya
"Qilla kamu kenapa? Hidung kamu ....hidung kamu berdarah?! " tanya Wulan dengan panik.
Pertanyaan yang dilontarkan Wulan padanya membuat Qilla dengan refleks langsung menyentuh bagian hidungnya untuk memastikan ucapan gadis di hadapannya itu. Qilla Kaget! ketika matanya melihat darah segar membasahi tangannya dan baru sadar cairan hangat berwarna merah mengalir dari hidungnya yang mancung indah itu. Tanpa satu patah katapun dirinya membuka tas sibuk mencari sesuatu, Wulan yang tadinya berniat ingin menanyakan hal pelajaran yang tak dipahami mengurungkan niat. kini Ia panik melihat darah yang tak henti hentinya keluar dari bagian pernafasan
" Qilla, kamu cari apa? Kamu tidak apa apakan Qill? Tanya Wulan semakin mendekatkan bangkunya ke bangku sang sahabat. Tak dapat di sembunyikan Wulan terlihat semakin panik dan khawatir dengan keadaan Qilla saat wajahnya tampak pucat. Tidak ada jawaban untuk pertanyaan kedua Ia sibuk mengeluarkan semua isi yang ada di dalam tasnya hingga dirinya mendapatkan tissue. Ya
Sebuah benda tipis itulah yang sedari tadi di cari carinya untuk menghapus darah di hidungnya, cairan yang berasal dari dalam tubuh itu telah menetes di lantai. Di sisi lain murid murid yang lain tidak menyadari keadaan gadis keturunan dua pulau itu kecuali hanya murid yang hanya bersebelahan dengan meja mereka.
" Bu..." panggil murid berkaca mata. Bu Tika berhenti berbicara setelah mendengar dirinya di panggil, Ia menoleh pada sumber suara.
"Ya, Ada apa Bagas? Apa ada pertanyaan? "
"Engga Bu. Cuma mau kasih tau Aqilla Mimisan Bu. Sepertinya dia sakit. "
"Benar Bu ! Qilla hidungnya berdarah...!"Teriak Wulan menggemparkan seisi kelas.
Guru yang biasa di panggil Bu Tika itu mengalihkan pandangannya tertuju pada Aqilla. Kakinya melangkah berjalan menghampiri Aqilla dan Wulan..
" Qilla, kamu kenapa? Kamu sakit? "
" Enggak Kok Bu, saya Gak papa. " jawab Qilla mencoba bertahan untuk menenangkan teman sekelas.
" Beneran kamu gapapa? "
" Iya Bu. Saya cuma kecapean aja kok " jawab Qilla menahan kepalanya yang pusing.
" Wulan, kamu anterin Qilla ke UKS ya", perintah Bu Tika yang khawatir dengan kesehatan muridnya yang tampak sedang tak sehat tersebut. Ia paham jika murid yang ada di hadapannya kini tengah berbohong menyembunyikan kebenaran agar kondisi kelasnya tidak kacau karenannya. Aqilla kembali mengingat sesuatu, memori ingatannya kembali ke masa yang sudah dijalani beberapa hari lalu.
-------
3 Hari Sebelumnya
" Penglihatannya perlahan lahan buram. Indra penglihatannya tak lagi sejelas tadi. tiba tiba Ia merasakan pusing yang sangat hebat, tubuhnya terasa lemas seolah tak ada tenaga untuk melangkah. Semangat dan ceria yang selalu Ia pamerkan, kali ini hilang dengan sekejab. Sebenarnya dirinya sudah merasakan pusing sejak di rumah Ia sempat berniat ingin mengurungkan pergi keluar rumah namun karna tugas sekolah yang tak bisa di tinggalkan pada akhirnya Qilla yang sudah siap dengan pakaian rapinya memaksa untuk tetap melanjutkan tugas kelompok, dimana tugas itu akan di kumpul dua hari lagi.
Belum sampai tujuan Qilla sudah terjatuh tak sadarkan diri di tengah jalan. Hari ini Ia tidak di antar oleh Pak Ujang karna itulah Qilla memutuskan untuk pergi kerumah temannya menggunakan angkot sopir pribadinya itu sedang mengantar Papanya yang selalu sibuk bekerja. Mungkinkah Qilla terjatuh pingsan karna merasa lelah? Apakah karna tak terbiasa berjalan kaki ? Atau tak terbiasa berpanas panasan menunggu angkot di pinggir jalan?
" Aku dimana? " pertanyaan pertama yang di lontarkan Qilla ketika Ia tersadar dari pingsannya. Dengan keadaan yang masih lemas Ia mengalihkan pandangannya ke seluruh ruangan asing tempat dirinya terbaring lemah tak berdaya. Seorang wanita berbaju putih berjalan mendekatinya.
" Alhamdulillah, adek sudah bangun "
" Dokter siapa yang bawa saya kesini? "
"Warga sekitar yang membawa kamu kesini"
" Oiya Dok. Saya sakit apa ya?kenapa beberapa hari ini saya terus merasakan pusing? "
Wanita yang berprofesi Dokter itu terdiam cukup lama ketika Qilla menanyakan sakit yang dialaminya. " Dok saya sakit apa? " kembali Qilla mengulang pertanyaan, sang Dokter hanya terdiam membisu tanpa suara Ia hanya memandang wajah Qilla dengan raut kesedihan. Mungkinkah Qilla mengalami sakit yang serius? Sampai Dokter tak tega untuk mengatakan kebenaran?
"Dok kenapa diam? Memangnya saya sakit apa Dok? " tanya Qilla berharap dapatkan jawaban dari wanita yang berdiri di hadapannya itu.
"Hm. Begini Dek, saya perlu bicara sama orang tua kamu karna penyakit kamu sangat serius. "
" Sakit yang serius? Saya sakit apa Dok?tolong jawab Dok!"
" Maaf, saya harus mengatakan yang sebenarnya kalau kamu sakit kanker otak stadium empat.
Bagaikan tersambar petir di siang hari. Qilla syok mendengar kalimat yang di ucapkan Dokter. Ia tak menyangka dan masih tak percaya jika ada kanker yang menetap di tubuhnya karna Ia merasa tidak ada gejala akan penyakit mematikan itu menghampirinya
Ia kembali di buat kaget saat Dokter memprediksikan hidupnya tak akan lama lagi hanya menghitung bulan. Sedih? Sudah pasti ketika kebenaran terbuka Aqilla menangis.
Namun meskipun begitu Ia berusaha ikhlas Dan bersabar menerima sesuatu yang di takdir untuknya. Keyakinan pada tuhannya sangat kuat, dirinya percaya jika ada rencana terindah dari Tuhan yang tak akan pernah mengecewakan hambanya. Bukankah jika Ada kesedihan pasti akan ada kebahagian? Apa yang di alaminya di anggap cuma ujian. (BERSAMBUNG)
Halaman Sebelumnya Halaman Berikutnya
Komentar