CERPEN BULAN INI

HOME  ARTIKEL   RUANG BELAJAR    APRESIASI   HIKMAH   NGAJI   

EDISI 16 JUNI 2020

REKAMAN KUSUT NURANI
Oleh :Mulyanto,TE(tanpa embel-embel)
"Win, ada apa ramai-ramai di jalan depan sana ?. Kelihatannya pakai tangis-tangisan juga,"
kata si Priman begitu menjejakkan kakinya di lantai kamar tamuku.Namanya sebenarnya Primantoro,tapi teman-teman memplesetkan menjadi Premantoro.Maka jadilah ia dipanggil Primantoro atau Pri saja.Ia seorang wartawan lepas atau freelance dari sebuah harian nasional terkenal.
"Ceritakan dong. Aku butuh info nih!" pintanya kemudian.Aku juga tidak bisa cerita banyak," kataku agak enggan melayaninya. "Ya, cerita dikit juga nggak apa-ap.Selebihnya nanti biar aku rangkai dalam tulisanku",desaknya.Aku menarik nafas. Rasa enggan dan malas bicara menggayuti hatiku setelah melihat peristiwa di ujung jalan tadi."Bukannya aku nggak mau cerita sama kamu, Pri," kataku. "Cuma, apa kamu nggak bisa menahan diri sejenak? Biar kamu bisa tenang-tenang, mengunjungi temanmu ini tanpa beban?" "Mana bisa begitu, WinAku ini Wartawan! Kau tahu aku bekerja memburu berita .Hidupku sudah digariskan untuk mendengar dari sana-sini dan menulisnya untuk konsumsi publik!" tegas Priman. "Sudah risiko kerja. Harus mendengar sekalipun tidak ingin. Bahkan dalam tidur pun, telingaku harus mendengar apa yang diteriakkan manusia dan unggas-unggas itu dalam mimpinya!" lanjutnya sambil telunjuknya menunjuk bebek-bebek yang berbaris lewat terlihat di depan pintu rumahku
 Aku menggeleng kepala sambil mulutku berdecak,”Ck..ck..ck !” Bukan kagum  ,tapi heran kok Tuhan menciptakan makhluk yang makan dari suara-suara yang didengarnya. Hening sejenak.Matanya masih menatapku, berharap.Beberapa daun di ranting rambutan di muka rumah berguguran dihembus angin.
"Aku tahu kamu saksi mata peristiwa itu.Kamu mau kan cerita yang kamu ketahui? " pintanya lagi setengah memaksa Tak peduli decak keherananku.Dengan terpaksa akhirnya aku mengangguk sekenanya. "Demi persahabatan, aku akan cerita apa yang aku ketahui!" kataku sambil hendak memulai cerita."Eh, tunggu dulu, ada yang terlupa!Aku harus mengambil gambar dulu,mumpung masih ada keramaian di sana" tungkasnya sambil segera bangkit dari kursi di depanku duduk . "Lho,  kok malah pergi ? Nggak jadi dengerin ceritaku" teriakku. "Sebentar.Nanti saja ceritanya, aku pergiii!..." katanya sambil berjalan setengah berlari ke luar.Teriakanku tak bisa mencegahnya pergi ke tempat ramai-ramai di ujung sana.
Sesaat  segera setelah Pri tak kelihatan ,aku merasa kesunyian rumahku kembali mengiris-iris hatiku. Sementara Priman mempercepat langkahnya agar cepat sampai di kerumunan orang.Seampainya di kerumunan itu dengan sigap ia jepretkan kamera yang dibawanya ke sana ke sini.Beberapa gerobak warung yang rusak, sampah plastik yang beterbangan dan ceceran darah di tengah jalan.Halte bus yang dibakar massa,pentungan polisi yang ketinggalan.Pokoknya semua hal yang dirasanya mendukung tulisannya nanti diambil gambarnya.
  Sesaat kemudian Pri menebar pandangan ke orang di sekeliling tempat itu.Di antara kerumunan orang yang kelihatan shock atau kelelahan, kepanasan ditimpa sorot matahari terlihat seorang gadis duduk bersimpuh memegangi handphone.Kelihatannya ia sedang mencoba menghubungi seseorang.Buru-buru Pri melangkah mendekatinya lalu menyapa dengan seramah-ramahnya. "Eh , Anda baik-baik saja ?" tanya Pri kepada gadis itu yang kini di hadapannya "Baik saja .Saya tak apa-apa!" kata si gadis heran melihat laki-laki tak dikenalnya menghampiri dan menyapanyaSedikit gurat curiga terpampang di wajahnya yang cantik,meskipun terlihat bekas ketegangan.“Saya wartawan,jangan takut! “,kata Pri sambil menunjukkan kartu pressnya setelah melihat gadis itu ragu dan curiga.
Gadis itu tampak berpikir. Kemudian memandang ke arah sekitar yang masih ramai oleh manusia. " Sebenarnya ada apa sih? Kok ramai sekali? Ada yang teriak-teriak lagi!" tanya Pri. "Anda dari mana? Masa' tak tahu kejadiannya? Wah, tadi lebih pikuk. Seru dan mengerikan sekali...",Kata Gadis itu .Seorang perempuan  tiba-tiba saja telah berada di samping gadis itu dan berkata, "Wah wah, tumben wartawan ketinggalan berita!"
Pri terkejut sesaat.Ia kenal perempuan itu.Teman sesama wartawan.Ia dari media online terkenal yang memiliki rating yang tinggi sehingga banyak pelanggan dan orang yang mengunjungi situs medianya."Eh,Tut..,kau rupanya ..! ya..Itulah. Kebetulan saja aku ke sini.Tadi aku baru sampai  dari luar kota mampir ke tempat teman di ujung gang sana," kata Pri. "Jadi ketinggalan berita. Apa yang sebenarnya terjadi ?Sudah lama di sini ? “ lanjutnya.“Eh..,iya.Kenalkan ini temanku sekantor,Desy.Ia reporter .Des…ini temanku wartawan  dari media Indonesia Raya “,kata perempuan yang dipanggil Tut oleh Pri itu.Pri tersenyum sambil mengulurkan tangannya berkata,” Pri…,Primantoro “,Pri mengenalkan diri.Gadis itu menggamit tangan Pri lalu berkata,”Desy Permatasari..”
“Sebenarnya apa yang sedang terjadi,Tut ?” Pri mengulang pertanyaannya tadi.“Waah,Aku sendiri sedang berburu berita.Tadi kami sudah mewawancarai kapolsek yang bertanggung jawab di wilayah kerja sini.Informasinya masih belum jelas.”jawab perempuan tadi yang ternyata namanya Lusi Hartati.”Masih simpang siur.Terlalu banyak versinya”,lanjutnya.”Sebenarnya banyak saksi mata yang melihat kejadiannya,tapi tak seorangpun yang berani bicara.Semua ketakutan .Kalau kau mau berita coba saja datangi orang tua berjanggut yang sedang dikerubuti wartawan di sana !“
Pri melayangkan pandangan ke arah yang ditunjuk Tuti.Dilihatnya memang banyak orang-orang mengerubungi seseorang.Di antara mereka ada yang mewawancarai.Yang lain jeprat-jepret mengambil gambar dengan kamera atau Smartphone mereka.“OK! kalau begitu aku kesana dulu .Trims..! “ kata Prim sambil bergegas melangkah meninggalkan kedua perempuan itu.Kedua perempuan itu pun kemudian berlalu mencari berita kepada orang-orang lain di sekitar tempat kejadian.Sibuk pula berburu berita.
Tak berapa lama Prim sampai di tempat rerubungan tersebut.Dilihatnya seorang laki-laki berjenggot dengan pakaian gamis putih sedang sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan yang merubunginya.Prim berbaur .Dikeluarkannya tustel disetel mode video.Dia merekam wawancara wartawan dengan laki-laki berjenggot bergamis putih tersebut.
Ketika Pri mau ikut bertanya tiba-tiba datang sebuah mobil polisi.Empat polisi keluar dari mobil dan langsung menghampiri kerumnan wartawan tersebut.“Selamat siang,mohon maaf..,teman-teman wartawan harap mundur.Biarkan kami menjalankan tugas “,seorang anggota polisi,yang di krah seragamnya ada gambar melati berkata .Teman-teman polisi lainnya menerobos membuka kerumunan tersebut.Kemudian Komandan polisi tadi berkata kepada laki-laki berjenggot bergamis putih ,“Selamat siang..! Bapak harap ikut kami ke kantor untuk dimintai keterangan sebagai saksi “.
Laki-laki berjenggot bergamis putih tadi diam sebentar.Kemudian dengan tenang berkata,”Baiklah !”.Lalu ia berjalan diiringi Komandan polisi tadi.Polisi-polisi lainnya menyibak kerumunan .Salah satu dari mereka membukakan pintu mobil .Komandan mereka dan laki-laki berjenggot bergamis putih tadi pun masuk mobil.Para wartawan merubungi mobil termasuk Pri.Mereka mencoba mengorek informasi dari komandan polisi .
“No coment……,no coment .Tunggu saja setelah selesai dimintai keterangan nanti !”kata komandan polisi tersebut.Mobil kemudian bergerak meninggalkan kerumunan wartawan yang kecewa karena tidak mendapatkan info yang memuaskan.Beberapa wartawan mencoba mewawancarai laki-laki berjenggot bergamis putih,namun mobil segera bergerak meninggalkan mereka tanpa sempat mendengar jawaban.
Para wartawan bubar.Ada yang menuju kendaraannya kemudian mengejar mobil polisi menuju markas polisi tersebut.Ada yang masih mencari nara sumber lain dan saksimata peristiwa yang menghebohkan tersebut.Sedangkan Pri menuju rumah sahabatnya di ujung gang sana.Hatinya masih penasaran.Ia mau mencari cerita versi yang lain.Mungkin sahabatnya itu tahu yang sebenarnya.Dengan mantap dilangkahkan kakinya menuju rumah sahabatnya itu.
Melihat Pri datang lagi, entah kenapa Win tiba-tiba memandang jemu dan sebel. "Ada apa? Kelihatannya kau terganggu aku kembali," kata Pri"Kau pasti sudah dapat informasi  peristiwa itu kan?" . "Wah, tadi terbawa situasi aku hanya mengambil video saja.Belum sempat ikut bertanya orangnya sudah dibawa polisi," kata Pri ."Dan kamu sekarang mencari bandingan? “ "Ooh? Tidak, bukan begitu. Aku hanya ingin informasi dengan versi lain."
 "Begitu?"
"Ya.Oya, apa sih sebenarnya terjadi? Kok ramai sekali“,tanya Pri.
“Tadi lebih heboh,lebih ramai lagi.Tepatnya lebih mengerikan “,kataku sambil mengenang kejadian yang baru saja berlalu itu.”Tapi mereka sudah bubar. Kelihatannya tadi sudah ada jalan keluar”,sambungku. "Nanti dulu, nanti dulu! Aku hanya bertanya apa yang tadi terjadi. Bukan ingin tahu pendapatmu," kata Pri setengah protes. "Cerewet! Mau dengar nggak?" tanyaku dengan nada tinggi.Dongkol."Soriafwan ! Maaf…!. Ceritakanlah." "Terus terang aku agak enggan menceritakannya. Masalahnya, aku masih agak terganggu sampai sekarang. Agak sedih malah." "Kok berkomentar lagi......?kata Pri."Mau dengar nggak?" ujarku tambah dongkol
"Sori,afwan! maaf, teruskan ceritamu." "Mulanya dua lelaki datang dan berteduh di bawah halte sana seperti sedang....."aku melanjutkan cerita "Menunggu bus? Taksi?" tukas Pri "Sompret !Mau dengar nggak?" kataku dengan kejengkelan yang memuncak.
"Maaf." Kata Pri berusaha menahan diri ."Dua orang kataku. Dua lelaki. Ayah dan anak",lanjutku."Kok kamu tahu mereka ayah anak?"kata Pri tak sabar lagi. "Jadi tidak mau mendengar kelanjutannya?" Kataku semakin jengkel ."Nanti dulu. Kok kamu tahu mereka ayah anak.Kamu kenal mereka?" "Karena mereka saling memanggil begitu," kataku sebel.Pri mengangkat wajah gembira. "Oohhh..." Lalu mengibaskan tangan dengan tampilan apa boleh buat. "Sudah, teruskan," kata Pri sambil memasang muka serius.
Tiba-tiba seseorang muncul di depan pintu,sambil berkata,”Sedekah,pak ! Seikhlasnya “ Pri nampak terganggu dengan munculnya peminta-minta tersebut segera berkata,”maaf pak , kami baru bokek .Yang lain saja “.Kami baru diskusi ,jangan mengganggu “,lanjutnya.Suaranya mengandung kedongkolan.”Tapi pak,yang lain sudah.Tinggal di sini saja yang belum”,kata pengemis itu.Didesak begitu rupa Pri jengkel dan berkata agak keras menghentakkan kaki "Jangan di sini". Peminta-minta tadi kemudian pergi sambil menggumam kata.”Heh..,jangan ngedumel ! Cepat pergi sana ! “ usir Pri marah.”Pergi juga tak apa-apa. Di sini juga enaknya apa", kata pengemis tersebut ngeloyor acuh.
Melihat sikap Pri begitu,aku berkata,”Tak usahlah sampai begitu,Pri.Orang itu mungkin memang orang susah yang butuh sedekah kita “ “Kamu masih percaya orang macam itu?Lihat saja badannya masih tegap.Kurasa karena malas kerja saja makanya jadi pengemis cari enak saja.Ah,sudah, teruskan saja ceritamu", kata Pri. "Kuringkas saja," kataku malas. "Terserah," jawab Pri.  "Sampai mana tadi ?Oya. Begitulah. Ayah dan anak berteduh di halte sana. Lalu keduanya bertengkar tentang pacar si Bapak.Rupanya si Bapak selingkuh dan ketahuan oleh anaknya itu Keduanya kemudian tidak saja ribut tapi juga pukul-pukulan. Beberapa pejalan kaki yang berusaha melerai malah ikut terpukul. Akhirnya tak jelas lagi. Ayah dan anak dikeroyok. Bus-bus dan kendaraan berhenti. Para penumpang menonton kejadian itu .Tapi tak puas, kemudian ikut berkelahi. Polisi datang dan melerai.Mereka bawa pentungan. Tapi kemudian ikut pula dalam perkelahian.Aku lihat seorang polisi terkapar bermandi darah.Jalanan benar-benar macet. Para pengasong berubah profesi dari penjaja barang dagangan menjadi penodong. Para penumpang yang ditodong melawan. Para pemilik kendaraan yang mau dirampok melawan. Terjadi baku hantam antar sesama manusia di depan halte itu. Polisi semakin banyak berdatangan. Pukul-memukul, lempar-melempar, teriak-meneriak, maki-memaki, tikam-menikam, hingga tembak-menembak, semua berbaur dengan kebuasan manusia-manusia yang sepertinya tadi sengaja meledak atau diledakkan oleh sesuatu. Para pedagang di pinggir jalan segera menutup toko dan warungnya meskipun sudah terlambat.Beberapa pemilik toko terkapar di dalam tokonya terkena beberapa batu dan peluru nyasar.Bayangkan…! Bisa kau bayangkan….! Sebentar saja banyak korban berjatuhan. Darah berceceran di mana-mana. Bus dan mobil-mobil remuk terbakar teronggok begitu saja. Mobil ambulans berdatangan dan membawa korban ke rumah sakit. Tapi perkelahian masih berlanjut. Lalu lebih banyak lagi polisi datang. Sebagian orang yang tinggal di sini berharap segalanya akan diselesaikan dan berakhir tenang. Tapi ternyata semuanya tak bisa menahan diri. Segera bergabung dan mengambil peran sebagai pemukul, penembak, peneriak, penginjak, yang diinjak, yang diteriaki, yang ditembaki. Hinggaaaaa.... Hh..Hh... Hing..."aku megap-megap.mengingat peristiwa itu asmaku kambuh. "Hussh! Hussh! Kau..tenang dulu, tahan dulu.Minum air ini dulu!" kata Pri menyodorkan air minum kepadaku kepayahan.Keringat membasahi wajahku.Butirannya sebesar jagung. terasa begitu dingin.Tanganku  meraih inhaeler dan kusemprotkan ke mulutku agar bisa bernapas lega kembali. Setelah agak ringan aku melanjutkan ceritaku. "Itulah… Itulah ringkasannya... Kejadiannya berjam-jam... Sebelum sesuatu menghentikan semuanya!". "Wah, apa itu? Siapa? Begitu hebat, mampu menghentikan kekacauan dahsyat itu?" kata Pri antusias dan penasaran.. "Itulah.Tidak seperti yang kamu bayangkan,Pri. Tak ada yang hebat. Cuma kejadian sederhana," kataku lirih. "Kejadian sederhana?" Pri memandang tak percaya."Apa itu?" "Kedua lelaki, ayah dan anak yang menjadi pangkal keributan itu, sama-sama meninggalkan kerumuman, lalu menaiki sebuah angkot, dan menghilang ke ujung jalan sana..." Pri memandang terkesima ke arah ujung jalan sana. "Begitu saja?" tanyanya menoleh ke arahku "Iya. Begitu saja. Lalu kau datang, dan masih sempat melihat orang-orang itu sedang bubaran," kataku menyudahi cerita. "Kukira ada hal yang luar biasa..." kata Pri kecewa . "Itu masih kurang luar biasa?" tanyaku sambil mengangkat alis mata. "Maksudku, akhir dari kejadiannya, kok biasa saja," kata Pri datar. "Ah, baiknya aku cari info saja ke tetanggamu di jalan sana”gumamnya . "Kenapa? Mau mengetahui versi lain?" aku bertanya. "Ya. Biar informasiku lengkap," kata Pri. "Untuk apa? Toh yang kau dengar nantinya akan sama saja. Atau malah kurang seru" ,kataku "Itu dia..! Setiap mata, setiap kepala, setiap hati, masing-masing merekam dengan cara berbeda-beda.Bila diungkap akan terdengar khas, tergantung pada situasi dan kondisi yang dialami." "Wah!Terserah kalau begitu",kataku tak mencegah "Trims infonya,aku pergi dulu",kata Pri sambil mengucapkan salam lalu pergi.
Kubiarkan melangkah menjauh ke arah warung-warung di pinggir jalan sana yang cukup dekat dari halte, yang tadi kuceritakan sebagai tempat awal kejadian. Sementara hatiku merutuk.Aku sendiri tak percaya oleh kenyataan, bahwa ternyata aku mampu berbohong tak menceritakan yang sesungguhnya kepada Pri. Ya, aku tahu,Pri hanya menyukai cerita yang heboh. Padahal terlalu pahit rasanya bagiku mengenang bagaimana kedua orang itu, ayah dan anak, dirampok dan dibunuh pada saat  demonstrasi besar-besarab di jalan .Saat itu terjadi bentrokan antara massa dan aparat yang saling bertengkar kemudian berbunuhan saling melempar dan memukul .Dorong mendorong ,menginjak-injak dengan penuh amarah.Sampai ketika kedua orang itu terkapar di pinggir jalan dalam keadaan tangan berpegangan satu sama lain, sudah pingsan berdarah-darah, atau memang sudah mati percuma,tak ada yang mempedulikannya.Hanya seorang pemulung kemudian memasukkan keduanya ke dalam gerobak sampahnya. Mungkin pemulung itu akan membuang kedua ayah anak itu ke pegunungan sampah di ujung jalan sana. Tentu saja, si pemulung akan mengambil dulu barang-barang kedua ayah anak itu, yang masih dapat dimanfaatkannya. Kalau tidak, apa gunanya si pemulung memasukkannya ke gerobak sampahnya, membawanya, dan berbaik hati membuangnya sebagai sampah yang tak berguna lagi? Mengingat itu, aku merasa begitu sedih dan bergidik. Lunglai.Sudah hilangkah rasa kemanusiaan terhapus oleh kebencian dan keserakahan?Lalu di mana Tuhan ? Apakah semua orang sudah melupakanNya?

Bumi Mekar Jaya,2 Januari 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUANG KATA

UMBUT MUDA BERKARYA

RUANG CERPEN